ICETLI 2024 : Buka Wawasan tentang Pendidikan Bahasa Inggris di Lingkungan Keagamaan

Blog Single

Pada hari Senin (30/9/24) pukul 09.00-11.00 WIB, bertempat di Gedung SBSN Lantai 2, Program Studi Tadris Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah IAIN Kudus menyelenggarakan International Conference on English Teaching and Learning Issues (ICETLI) 2024  bertemakan “Transformative Practices of English Language Education in Religious Environments: Bridging Theory and Implementation”. Dengan menghadirkan pembicara-pembicara internasional ternama, acara ini memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi hubungan antara pendidikan bahasa dan nilai-nilai agama, khususnya dalam konteks Islam dan memicu percakapan yang menarik di antara para peserta dan akademisi.

Acara yang dimoderatori oleh Muhammad Arif Al Hakim, M.TESOL, dan Taranindya Zulhi Amalia, M.Pd. ini menghadirkan pembicara-pembicara terkemuka dari berbagai penjuru dunia, diantaranya adalah Assoc. Prof. Ahmed Mohammed Wafiq Othman dari Denmark, Assoc. Prof. Dr. Noor Sazai Binti Mat Saad dari Universiti Sains Islam Malaysia, dan Aziz Awwaludin, M.Ed.

 

Aziz Awwaludin membuka sesi presentasi dengan penelitian mutakhirnya tentang “Menjelajahi Satu Abad Perkembangan Penelitian Pendidikan Bahasa Inggris (1928-2024).”Presentasinya menggunakan analisis bibliometrik dan pemodelan topik untuk memetakan evolusi pendidikan bahasa Inggris. Yang membuat presentasinya menonjol adalah penerapan alat pembelajaran mesin seperti perangkat lunak R dan ChatGPT dalam penelitian pendidikan. Beliau memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana data dari Scopus digunakan untuk melacak tren di lapangan dan memprediksi lintasan di masa depan. Karyanya menyoroti dokumen, penulis, dan sumber yang paling berpengaruh yang membentuk pendidikan bahasa Inggris selama satu abad terakhir.

Awwaludin mengatakan, “Dengan mengeksplorasi berbagai literatur, kita dapat lebih memahami bagaimana pendidikan bahasa Inggris telah berkembang secara global, yang tidak diragukan lagi akan menginformasikan praktik pengajaran di masa depan, terutama di lingkungan Islam.” Penelitiannya berfungsi sebagai jembatan antara ilmu data dan teori pendidikan, memberikan perspektif baru bagi para pendidik.

Presentasi berikutnya disampaikan oleh Assoc. Prof. Ahmed Mohammed Wafiq Othman, yang berfokus pada praktik transformatif dalam pendidikan bahasa Inggris.Penelitiannya menyelidiki bagaimana praktik-praktik ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan komunikasi di antara para pelajar dalam lingkungan yang religius.Melalui studi kasus, ia menunjukkan bagaimana diskusi tentang nilai-nilai agama, seperti etika dan toleransi, dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran bahasa Inggris.

Hal penting yang dapat diambil dari presentasinya adalah bahwa praktik-praktik transformatif memungkinkan siswa untuk menghubungkan identitas agama mereka dengan pembelajaran bahasa.Othman menekankan bahwa siswa yang terlibat dalam metode transformatif ini menjadi lebih percaya diri dalam menggunakan bahasa Inggris untuk mengekspresikan keyakinan agama, memperdalam pemahaman bahasa dan spiritual mereka.

“Pendidikan seharusnya tidak terbatas pada penguasaan bahasa,” kata Othman.“Pendidikan seharusnya menginspirasi siswa untuk berpikir kritis tentang nilai-nilai mereka dan bagaimana mereka mengekspresikannya, bahkan dalam bahasa kedua.”

 

Pada presentasi terakhir, Assoc. Prof. Dr. Noor Sazai Binti Mat Saad dari Universiti Sains Islam Malaysia (USIM) memperkenalkan pendekatan INAQ yang inovatif.

INAQ, atau Integrasi Naqli (pengetahuan yang diwahyukan dalam Islam) dan Aqli (pengetahuan duniawi), memberikan kerangka kerja yang berbeda untuk menanamkan ajaran Islam ke dalam pelajaran bahasa Inggris.Dr. Sazai menyoroti bagaimana pendekatan ini diimplementasikan di USIM, di mana siswa dari sekolah-sekolah agama diberi kesempatan untuk mengeksplorasi mata pelajaran seperti etika dan keadilan sosial melalui bahasa Inggris.Dr. Sazai menjelaskan bahwa memasukkan elemen-elemen Islam ke dalam tugas-tugas membantu siswa untuk terlibat lebih dalam dengan bahasa dan nilai-nilai agama mereka.Sebagai contoh, mahasiswa yang mengerjakan esai argumentatif diharuskan untuk menyertakan bukti pendukung dari Al-Quran atau teks-teks agama lainnya. Metode ini tidak hanya meningkatkan kinerja akademik mereka tetapi juga memperkuat identitas budaya dan agama mereka.

Sazai mengakui adanya beberapa tantangan dalam mengimplementasikan pendekatan INAQ, terutama dalam hal penelitian dan akurasi tugas. Namun, ia tetap optimis tentang masa depan, dengan menyatakan, “Dengan lebih banyak kolaborasi dan penelitian, kita dapat menyempurnakan model INAQ dan memperluas manfaatnya kepada khalayak yang lebih luas.”

Konferensi ICETLI 2024 memberikan pertukaran ide yang kaya, menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik dalam pengajaran bahasa Inggris, terutama dalam lingkungan keagamaan sekaligus merupakan tindak lanjut dari Memorandum of Understanding (MoU) dengan Universiti Sains Islam Malaysia (USIM) karena salah satu narasumber yaitu Assoc. Prof. Dr. Noor Sazai Binti Mat Saad merupakan wakil dekan bidang akademik dan internasional di Fakulti Pengajian Bahasa Utama di USIM.

Integrasi nilai-nilai agama ke dalam pembelajaran bahasa membuka jalan bagi pengalaman pendidikan yang lebih holistik, yang memupuk pertumbuhan akademis dan spiritual.

Share this Post1:

Galeri Photo